Kamis, 20 Januari 2011

Karamba Jaring Apung



PEMILIHAN LOKASI
Sebelum kegiatan budidaya dilakukan terlebih dahulu diadakan pemilihan lolkasi. Pemilihan lokasi yang tepat akan menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan kakap putih. Secara umum lokasi yang baik untuk kegiatan usaha budidya ikan di laut adalah daerah perairan teluk, lagoon dan perairan pantai yang terletak diantara dua buah pulau (selat). Beberapa persyaratan teknis yang harus di penuhi untuk lokasi budidaya ikan kakap putih di laut adalah:

1. Perairan pantai/ laut yang terlindung dari angin dan gelombang
2. Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan ikan kakap putih berkisar antara 5 ~ 7     meter.
3. Pergerakan air yang cukup baik dengan kecepatan arus 20-40 cm/detik.
4. Kadar garam 27 ~ 32 ppt, suhu air 28 ~ 30 0 C dan oksigen terlarut 7 ~ 8 ppm
5. Benih mudah diperoleh.
6. Bebas dari pencemaran dan mudah dijangkau.
7. Tenaga kerja cukup tersedia dan terampil.

SARANA DAN ALAT BUDIDAYA

1. Sarana dan Alat
Pemeliharaan ikan kakap di laut umumnya dilakukan dalam keramba jaring apung (floating net cage) dengan metoda operasional secara mono kultur. Secara garis besar keramba jaring apung terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Jaring
Jaring terbuat dari bahan:
• Bahan: Jaring  nyllon knot less dan aquagrid  dengan ukuran lebar mata 0,5~1 ~ 1,25”, guna untuk menjaga jangan sampai ada ikan peliharaan yang lolos keluar.
• Ukuran: 40m keliling untuk pre growing  dan 60 m dan 90 m keliling untuk grow out
• 1 Unit Pembesaran: 10 jaring (8 terpasang dan 2 jaring cadangan)
2. Kerangka/Rakit: Kerangkan berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan.
• Bahan: HDPE
• Ukuran:  40 m 60 m dan 90 m
3. Pelampung: Pelampung berpungsi untuk mengapungkan seluruh sarana budidaya atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan
• Jenis: pipa HDP
• Jumlah: 2 buah. segkaligus rangka karamba
4. Jangkar: Agar seluruh sarana budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh angin, gelombang digunakan jangkar.
• Jenis yang dipakai: Besi atau beton (400 kg).
• Jumlah : 16 buah
• Panjang tali : Minimal 3 kali ke dalam air
5. Ukuran benih yang akan Dipelihara: 50-75 gram/ekor
6. Pakan yang digunakan: pakan buatan atau pellet
7. Perahu : boat mesin tempel
8. Peralatan lain : ember,serok ikan, keranjang, gunting dll
2. Konstruksi wadah pemeliharaan
Perakitan karamba jaring bisa dilakukan di darat dengan terlebih dahulu dilakukan pembuatan kerangka sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya yang telah direntukan dan agar tetap pada tempatnya (tidak terbawa arus) diberi jangkar sebanyak 16 buah.Jaring apung apa yang telah dibuat di pasangkan pada grid yang telah di siapkan
bagian bawah jaring diberi pemberat

OPERASIONAL BUDIDAYA
1. Metode Pemeliharaan
Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-70 gram/ekor dari hasil pendederan atau hatchery, selanjutnya dipelikara dalam kurungan yang telah disiapkan. Penebaran benih ke dalam karamba/jaring apung dilakukan pada kegiatan sore hari dengan adaptasi terlebih dahulu. Padat penebaran yang ditetapkan adalah 50 ekor/m 3 volume air. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari dengan takaran pakan 8-10% botol total badan perhari. Jenis pakan yang diberikan adalah pellet ukuran kecil sesuai bukaan mulut ikan. Konversi pakan yang digunakan adlah 2:1 dalam arti untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan pakan 2kg. Selama periode pemeliharan yaitu 4-5 bulan, dilakukan pembersihan kotoran yang menempel pada jaring, yang disebabkan oleh teritif, algae, kerang-kerangan dll. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Pembersihan kotoran dilakukan secara periodik paing sedikit 1 bulan sekali dilakukan secara berkala atau bisa juga tergantung kepada banyak sedikitnya organisme yang menempel. Penempelan oleh algae dapat ditanggulangi dengan memasukkan beberapa ekor ikan herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakan algae tersebut. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan cara menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi. Selain pengelolaan terhadap sarana /jaring, pengelolaan terhadap ikan peliharaan juga termasuk kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan. Setiap hari dilakukan pengontrolan terhadap ikan peliharaan secara berkala, guna untuk menghindari sifat kanibalisme atau kerusakan fisik pada ikan. Disamping itu juga untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidak seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan. Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengontrolan terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan, perlu dihindari jangan sampai terjadi stress.

2. Panen
Lama pemeliharan mulai dari awal penebaran sampai mencapai ukuran ± 500 gram/ekor diperlikan waktu 4-5 bulan. Dengan tingkat kelulusan hidup/survival rate sebesar 90%. Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat jaring dan atau penyerokan dengan jaring panen keluar rakit, kemudian dilakukan penyerokan.

3. Penyakit
Publikasi tentang penyakit yang menyerang ikan-ikan yang dibudidayakan di laut seperti ikan kakap putih belum banyak dijumpai. Ikan kakap putih ini termasuk diantara jenis-jenis ikan teleostei. Ikan jenis ini sering kali diserang virus, bakteri dan jamur. Gejala-gejala ikan yang terserang penyakit antara lain adalah, kurang nafsu makan, kelainan tingkah laku, kelainan bentuk tubuh dll. Tindakan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi penyakit ini adalah:
1. menghentikan pemberian pakan terhadap ikan dan menggantinya dengan jenis yang lain;
2. memisahkan ikan yang terserang penyakit, serta mengurangi kepadatan;
3. memberikan obat sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.


KAKAP PUTIH
(Lates Calcalifer Block)

Ikan kakap putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam (Euryhaline) dan merupakan ikan katadromous (dibesarkan di air tawar dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap putih dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun air tawar. Pada beberapa daerah di Indonesia ikan kakap putih dikenal dengan beberapa nama seperti: pelak, petakan, cabek, cabik (Jawa Tengah dan Jawa Timur), dubit tekong (Madura), talungtar, pica-pica, kaca-kaca (Sulawesi). Ikan kakap putih termasuk dalam famili Centroponidae, secara lengkap taksonominya adalah sbb:
Phillum : Chordata
Sub phillum : Vertebrata
Klas : Pisces
Subclas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Centroponidae
Genus : Lates
Species : Lates calcarifer (Block)
Ciri-ciri morfologis antara lain adalah:
1. Badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar.
2. Pada waktu masih burayak (umur 1 ~ 3 bulan) warnanya gelap dan setelah menjadi gelondongan (umur 3 ~ 5 bulan) warnanya terang dengan bagian punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap.
3. Mata berwarna merah cemerlang.
4. Mulut lebar, sedikit serong dengan geligi halus.
5. Bagian atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigi.
6. Sirip punggung berjari-jari keras 3 dan lemah 7 ~ 8. Sedangkan bentuk sirip ekor bulat